Budaya  

Buldak: Ayam Pedas yang Menggugah Selera Remaja

Siapa yang tidak kenal dengan Buldak? Hidangan ayam panggang pedas khas Korea Selatan ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga sebuah fenomena yang menggugah selera banyak orang, terutama generasi muda. Dengan rasa pedas yang menggigit dan aroma yang menggoda, Buldak telah menjadi salah satu makanan favorit di kalangan remaja, termasuk di Indonesia. Dari restoran hingga katering, Buldak kini bisa dinikmati dengan mudah tanpa harus terbang jauh ke Korea.

Buldak, yang dalam bahasa Korea berarti “ayam api”, mulai populer di Korea Selatan pada tahun 2004. Popularitasnya melonjak, terutama karena kepedasannya yang ekstrem. Beberapa orang berpendapat bahwa saat itu, kemerosotan ekonomi membuat banyak orang mencari makanan pedas sebagai cara untuk menghilangkan stres. Hal ini memicu tren hidangan pedas di Korea Selatan, yang kemudian melahirkan banyak restoran waralaba Buldak. Namun, tahukah kamu bahwa nama “Buldak” sendiri sempat menjadi perdebatan hukum? Pada tahun 2001, Buwon Food mendaftarkan nama tersebut di kantor paten, tetapi pada tahun 2008, Pengadilan Paten Korea memutuskan bahwa istilah tersebut telah menjadi umum dan bisa digunakan oleh siapa saja.

Sejarah Singkat Buldak

  • Buldak mulai populer di Korea Selatan pada tahun 2004.
  • Kemerosotan ekonomi mendorong orang mencari makanan pedas sebagai pelepas stres.
  • Nama “Buldak” didaftarkan oleh Buwon Food pada tahun 2001.
  • Pada tahun 2008, istilah “Buldak” dinyatakan sebagai istilah umum oleh Pengadilan Paten Korea.

Bagaimana Buldak Disiapkan?

Buldak biasanya disajikan dengan potongan ayam seukuran gigitan yang telah dibumbui dengan saus pedas. Saus ini biasanya mengandung bahan-bahan seperti:

  • Gochugaru (bubuk cabai)
  • Gochujang (pasta cabai)
  • Kecap asin
  • Jocheong (sirup pati)
  • Bawang putih dan jahe

Bubuk cabai yang digunakan biasanya terbuat dari cabai Cheongyang, yang lebih pedas dibandingkan bubuk cabai biasa. Selain itu, banyak restoran juga menambahkan garae-tteok (kue beras) yang diiris dan keju leleh sebagai pelengkap. Untuk menetralkan rasa pedas, hidangan ini sering disajikan dengan lauk ringan seperti gyeran-jjim (telur kukus) atau nurungji rebus (nasi hangus). Dan jangan lupa, Buldak biasanya dinikmati dengan minuman beralkohol seperti bir.

Buldak di Indonesia: Tren yang Menggoda Selera

Di Indonesia, Buldak semakin digemari, terutama di kalangan remaja. Banyak restoran khas Korea yang mulai menjamur dan menawarkan hidangan ini. Rasa pedasnya yang menggigit sangat cocok dengan selera masyarakat Indonesia yang juga menyukai makanan pedas. Beberapa restoran bahkan memberikan pilihan level rasa pedas, sehingga kamu bisa memilih sesuai dengan kemampuanmu.

Tak hanya itu, Buldak juga sering disajikan dengan topping keju mozzarella yang meleleh, menambah kenikmatan saat menyantapnya. Buldak biasanya terbuat dari dada ayam potong dadu yang dibumbui pedas, dan kadang-kadang juga menggunakan paha bawah ayam. Di Korea, Buldak sering dijadikan makanan pembuka atau bahkan cemilan.

Solusi Praktis untuk Menikmati Buldak

Kalau kamu penasaran dan ingin mencoba Buldak tanpa harus pergi ke restoran, ada kabar baik! Kulina kini menawarkan katering makan siang dengan paket Deluxe yang menyajikan Buldak. Jadi, kamu bisa menikmati hidangan khas Korea ini langsung di meja kerja kamu saat makan siang. Yang lebih menarik, bagi kamu yang tidak terlalu kuat dengan rasa pedas, Kulina memisahkan sambal pedas dari hidangan olahan ayam. Dengan begitu, kamu bisa mengatur sendiri level pedas yang kamu inginkan!

Jadi, tunggu apa lagi? Segera coba Buldak dan rasakan sensasi pedasnya yang menggugah selera. Siapa tahu, ini bisa jadi makanan favorit kamu selanjutnya!